Pemkot Mataram imbau nelayan waspada anomali cuaca
- Jumat,kel togel lengkap 8 November 2024 08:46 WIB
"Pada masa transisi musim kemarau ke hujan, cuaca ekstrem bisa terjadi kapan saja sehingga nelayan harus lebih waspada," kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kota Mataram Irwan Harimansyah, di Mataram, Jumat.
Oleh karena itu, pihaknya juga menurunkan para penyuluh untuk lebih aktif mengimbau dan memantau kondisi nelayan guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
Dari hasil laporan penyuluh, saat ini nelayan di Kota Mataram masih melakukan aktivitas melaut seperti biasa, karena mereka menilai anomali cuaca saat ini belum berdampak signifikan.
Baca juga: Sering terdampak pasang, Nelayan Mataram diingatkan mitigasi bencana
Kendati biasanya musim angin barat setiap tahun mulai terjadi pada bulan November, namun untuk awal bulan ini terjadi pergeseran sehingga kondisi laut masih landai dan aktivitas nelayan masih normal.
"Nelayan akan libur melaut ketika datang musim angin barat sekitar bulan November hingga dua bulan pada awal tahun. Namun untuk saat ini, Alhamdulillah, nelayan masih bisa melaut," katanya.
Pada puncak musim angin barat, kata Irwan, terjadi penurunan terhadap hasil tangkapan nelayan khususnya jenis tongkol mencapai 10-20 persen per tahun dari produksi 180 ton sampai 200 ton per tahun.
Meskipun terjadi penurunan, kata dia, kebutuhan ikan laut untuk masyarakat di Kota Mataram tetap bisa terpenuhi karena dibantu sejumlah daerah penyangga seperti dari Kabupaten Lombok Utara, Lombok Barat, dan Lombok Timur.
Baca juga: BPBD Mataram ingatkan nelayan dampak potensi gelombang tinggi
Data DKP Kota Mataram mencatat jumlah nelayan di Kota Mataram sekitar 1.400 orang. Namun dari jumlah itu sekitar 900-1.000 orang di antaranya merupakan nelayan asli sisanya adalah buruh nelayan.
"Jadi yang 1.400 nelayan itu merupakan gabungan dari nelayan dan buruh nelayan," katanya.
Saat tiba angin barat, kata Irwan, hampir 70 persen nelayan akan menambatkan perahu mereka di kawasan pesisir bagian utara seperti Pantai Duduk Senggigi, dan sisanya 30 persen ditambatkan di wilayah selatan Kota Mataram.
Sebanyak 70 persen nelayan yang menambatkan perahu ke kawasan Senggigi di antaranya nelayan dari Bintaro, Pondok Perasi, dan Kampung Bugis, karena pesisir di kawasan tersebut merupakan wilayah rawan abrasi pantai sehingga dikhawatirkan ketika terjadi gelombang pasang, perahu nelayan ikut terbawa arus.
Baca juga: DKP Mataram akan latih istri nelayan mengolah ikan
"Untuk nelayan yang menambatkan perahu di kawasan Senggigi terus kami edukasi agar dapat menjaga etika, kebersihan, dan keamanan, agar tidak terjadi gesekan, mengganggu warga dan wisatawan di kawasan tersebut," kata Irwan.
Pewarta: Nirkomala
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2024